XI
IPA 1
SMA
NEGERI 1 AIKMEL
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Jam
sudah menunjukkan pukul 05.15 Pagi dan waktunya untuk bangun tidur, belum satu
menit aku membuka mataku dari tidur yang lelap, suara alarm alami pun terdengar
dan memanggil namaku. Suara alarm itu sangat khas, merdu dan tak asing lagi di
telingaku. Aku sangat mengenal sekali bahwa suara alarm alami itu adalah suara
ibuku yang selalu setia membangunkanku setiap hari untuk menyiapkan diri agar
tidak terlambat berangkat sekolah.
Namaku
adalah Lina, nama panjangku adalah Maulina, umurku 16 tahun. Aku berasal dari
keluarga yang sederhana. Aku bersekolah di SMA yang sangat terkenal di Lombok
Timur dan sekarang aku sudah menginjak kelas XI. Setiap hari aku menggunakan
angkutan umum (bemo) sebagai alat transportasi untuk pergi sekolah. Bisa di bilang bahwa sekolahku adalah sekolah
model, sekolah yang terfavorit di Lombok Timur. Sekolah yang menjadi rumah
keduaku, karena setiap hari aku selalu berada di sekolah dari pagi sampai sore.
Sekolahku mewajibkan semua siswa dan siswi untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar tamabahan atau les pada hari senin sampai rabu. Sedangkan untuk hari
kamis sampai minggu di pergunakan untuk ekstrakulikuler dan mengerjakan
tugas-tugas lainnya. Tak ada kata libur buat orang yang bersekolah di SMA
Negeri 1 Aikmel, karena setiap hari selalu mendapatkan tugas, tugas, dan tugas.
Jadi waktu untuk mencari hiburan seperti ngumpul bareng temen, refresing atau
liburan bersama keluarga sangat minim sekali. Bahkan bisa dibilang tidak
pernah.
Aku
berangkat sekolah pukul 06.00 pagi karena disekolahku pada pukul 07.00 sudah
masuk kelas dan mulai mengaji selama 30 menit. Setiap berangkat sekolah, tujuan
pertama yang harus aku tuju adalah tempat dimana aku sering berdiri pagi-pagi
sekali untuk menunggu angkutan umum. Angkutan umum adalah kendaraan yang setia,
yang selalu mengantarkan aku ke sekolah. Setiap berada di angkutan umum,
kadang-kadang aku mencium bau yang tak sedap, entah itu bau apa aku tidak
mengerti tetapi yang pasti bau itu bercampur dengan bau keringat ibu-ibu yang
duduk berdesakan didekatku dan di tambah lagi dengan bau sayur mayur dan
barang-barang yang mereka bawa. Terkadang aku memang merasa tidak nyaman dengan keadaan
seperti itu, tetapi mau bagaimana lagi, jika tidak begini aku tidak bisa
berangkat sekolah.
Jam
sudah menunjukkan pukul 17.20 waktunya untuk semua siswa dan siswi pulang
kerumah masing-masing, dan aku pun mulai keluar dari halaman sekolah lalu menunggu
kendaraan umum sebagai alat transportasi untuk kembali lagi ke rumah. Beberapa
menit pun sudah lewat tetapi belum ada sama sekali tanda-tanda angkutan umum
dari kejauhan. Aku mulai jenuh menunggu dan akhirnya aku memutuskan untuk
mengajak salah seorang temanku untuk berjalan kaki sambilan menunggu angkutan umum
datang dan sembari berolahraga karena sudah seharian penuh kita duduk di dalam
kelas. Saat sedang dalam perjalanan aku mulai berbincang-bincang dengan temanku
masalah sekolah tetapi saat kami sedang tengah asik ngobrol, aku dan temanku
malah berhenti spontan karena kami melihat pemandangan yang tidak mengenakkan.
Kami melihat sampah berserakan di jalan, dan sampah yang kami lihat itu lumayan
banyak.
Pemerintah
selalu menganjurkan kita untuk peduli dan menjaga lingkungan bahkan
mengeluarkan peraturan “dilarang membuang sampah sembarangan” tetapi
“nyatanya apa?” Masyarakat masih saja membuang sampahnya dengan sembarangan.
Padahal pemerintah sudah nyata-nyata memberikan peraturan yang sangat baik bagi
masyarakatnya tetapi sepertinya masyarakat masih tidak peduli akan hal itu dan
mereka masih tidak peduli dampaknya jika terus menerus melakukan itu. Dan tentunya
perbuatan masyarakat ini harus di larang oleh pemerintah dan pemerintah harus
melakukan tindakan yang lebih intensif, tetapi sampai saat ini pun saya melihat
belum ada tindakan dari pemerintah untuk meminimalisirkan keadaan ini.
Saat
berada di rumah, saya sempat berfikir kenapa dan ada apa dengan masyarakat dan
pemerintah? Kenapa tindakannya seperti ini? Seolah-olah kedua belah pihak
tersebut tidak peduli satu sama lain. Beberapa pertanyaan tiba-tiba muncul di
benak saya, “akankah saya seperti ini nantinya?” “Akankah saya menjadi
masyarakat yang seperti ini?” Atau, akankah saya menjadi pemerintah yang
seperti ini nantinya?” bahkan saya sempat berfikir “akankah saya seperti ini
jika saya menjadi pemerintah yang hanya mengeluarkan peraturan tanpa ada
tindakan yang tegas?”. Dan semakin saya memikrkannya saya semakin bingung.
Saya berusaha untuk menghilangkan
pertanyaa-pertanyaan tersebut dari benak saya, jam pun sudah menunjukkan pukul
20.15 dan waktunya untuk saya belajar sambil mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Belum lama saya membuka buku, lampu pun mulai mati lagi dan selalu saja seperti
ini. Bahkan dalam satu minggu lampu bisa mati 4 kali dan itupun di waktu malam,
Dimana pada saat itu para siswa dan siswi lagi sibuk-sibuknya untuk belajar dan
mengerjakan tugas-tugas sekolah. Tidak mungkin juga para siswa dan siswi untuk
mengerjakan tugas di waktu siang dan sore karena di waktu itu semua siswa dan
siswi lagi bersekolah. Mungkin sebagian besar orang juga menggunakan waktu
malam unuk beraktivitas.
Padahal
masyarakat sudah di anjurkan untuk memakai KWH dengan sistem pulsa dan
masyarakat pun menerima dan membeli KWH tersebut karena mereka yakin bahwa jika
mempunyai KWH dengan sistem seperti itu, lampu tidak akan mati lagi. Tetapi
ternyata pemerintah lagi dan lagi membuat masyarakat kecewa dan membuat para
siswa dan siswi dan orang-orang yang sedang membutuhkan lampu di malam hari
terpaksa menggunakan lilin untuk beraktivitas.
Satu
minggu yang lalu, ketika saya sedang berkunjung ke rumah bibik saya dan pada
waktu itu saya melihat tetangga bibik saya yang sedang dalam kesusahan. Suami
tetangga bibik saya itu sedang sakit, dan ada seseorang yang menganjurkannya untuk
pergi ke rumah sakit, tetapi dia tidak mau. Saya berfikir pada waktu itu, “kenapa
dia tidak mau?” Padahal itu demi keselamatan suami dia. Saya pun mulai mencari
tau dan ternyata tetangga bibik saya itu tidak mempunyai uang untuk pergi
berobat ke rumah sakit, dan juga dilihat dari keadaan sekitarnya, itu memang benar.
Tetapi sepengetahuan saya, masyarakat yang tidak mampu seharusnya mendapatkan
kartu JPS atau JAMKESMAS. Karena setiap orang yang mempunyai kartu tersebut
jika pergi ke rumah sakit maka mereka tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Tapi
anehnya kenapa mereka tidak mendapatkan kartu tersebut dan bahkan jika saya
lihat, malahan orang kaya yang mendapatkan kartu tersebut. Dan dari sinilah
saya mulai bertanya-tanya lagi. Ada apa dengan pemerintah? Seharusnya pemerintah
mengambil tindakan yang lebih tegas, karena jika hal seperti itu dibiarkan begitu
saja, bisa-bisa nyawa masyarakat bisa terancam.
Hari
ini adalah hari minggu, dan hari ini tidak ada libur walaupun hari minggu
karena aku akan pergi ke sekolah untuk
mengerjakan tugas. Sesampainya di sekolah tiba-tiba salah seorang teman
bertanya kepadaku, dia berkata “kamu nantinya mau jadi apa? Atau cita-cita kamu
apa?” aku terdiam sejenak mendengar pertanyaan temanku dan aku mengalihkan
pembicaraan agar dia tidak bertanya lagi karena aku tidak tau harus menjawab
apa. Aku mencoba untuk melupakan pertanyaan itu, tetapi semakin aku mencoba
melupakannya, aku semakin memikirkannya. Dan akhirnya pada suatu malam aku
memikirkan pertanyaan temanku itu lagi dan aku terus saja mengaitkannya dengan
kejadian-kejadian yang sudah aku temui beberapa waktu yang lalu, aku sempat
berfikir jika aku menjadi dokter aku
pasti akan membantu orang yang kesusahan tersebut agar suminya bisa sembuh,
tetapi menjadi dokter saja pun tidak akan bisa menyelesaikan masalah-masalah
yang lainnya seperti sampah, dan kenyamanan masyarakat akan hal lampu yang
sering mati. Sampai pada suatu titik dimana semua pikiranku sangat jenuh, aku
memikirkan satu hal, mungkin pikiranku ini bisa menyelesaikan semuanya.
Satu-satunya pikiranku saat ini adalah “Jika
Aku Menjadi Bupati Lombok Timur”.
Suatu
hari nanti jika aku menjadi Bupati Lombok Timur, hal pertama yang akan aku
lakukan adalah mensejahterakan hidup masyarakat. Adil kepada masyarakatku,
dengan cara aku akan terjun langsung ke lapangan untuk memberikan kartu JPS dan
JAMKESMAS untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Karena pada
kenyataannya di desaku aku melihat orang kaya yang mendapatkan kartu tersebut
dan orang yang membutuhkannya malah semakin kesusahan. Aku tidak mau melihat
masyarakatku hidup kesusahan, dan aku juga akan memberikan dana untuk orang
yang benar-benar membutuhkan agar mereka bisa menggunakannya untuk memperbaiki perekonomian
dan agar angka kemiskinan di Lombok Timur semakin berkurang.
Selanjutnya
yang akan saya lakukan adalah menepati janji-janji saya kepada masyarakat. Saya
akan membuat masyarakat Lombok Timur hidup dengan nyaman, salah satunya adalah
dengan cara menyalakan lampu masyarakat Lombok Timur, karena pada saat itu
banyak orang juga yang sedang beraktivitas dan juga agar para siswa dan siswi
lebih mudah untuk belajar tanpa merisaukan apakah lampu akan mati atau tidak.
Jika para siswa dan siswi sudah nyaman maka mereka akan terus bersemangat untuk
terus belajar dan belajar, Karena masa depan bangsa ada di tangan muda mudi
seperti mereka yang masih mempunyai jiwa semangat dan mereka masih mempunyai
ide-ide yang cemerlang. Jadi saya akan berusaha sebisa mungkin untuk terus
menyalakan lampu bagi wilayah Lombok Timur. Yang saya akan saya lakukan adalah
saya akan langsung terjun ke pusat listrik atau PLN dan saya akan terus
memantau agar lampu terus di nyalakan.
Tindakan
saya selanjutnya adalah saya akan memberikan bukti bahwa peraturan “dilarang
membuang sampah sembarangan” itu benar-benar bisa diterapkan oleh semua
masyarakat khusunya yang ada di Lombok Timur. Upaya yang akan saya lakukan agar
masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan dan untuk meminimalisirkan
sampah yang ada di Lombok Timur adalah dengan cara saya akan terlebih
dahulu membuatkan tempat pembuangan
sampah di setiap tempat, dengan begitu masyarakat bisa membuang
sampah-sampahnya kesana, dan saya pasti akan melakukan itu karena walaupun ada
peraturan tentang “dilarang membuang sampah sembarangan” dan tanpa
tindakan lebih lanjut dari pemerintah, itu tidak akan berjalan lancar. Karena
jika kita hanya memberikan peraturan tanpa tindakan, maka itu tidak akan pernah
bisa berhasil. Sekalipun kita berkali-kali mengingatkan kepada masyarakat
tentang “dilarang membuang sampah sembarangan”, mereka tidak akan pernah
melakukan dan mendengarnya karena yang hanya masyarakat butuhkan adalah bukti
nyata tindakan pemimpinnya. Bahkan bila perlu saya akan mengerahkan mobil-mobil
sampah ke tempat-tempat pemukiman warga dan sekaligus mobil sampah tersebut
akan mengangkut sampah-sampah yang ada di tempat sampah. Dengan begitu sampah
yang ada di Lombok Timur bisa berkurang dan masyarakat pun percaya bahwa
tindakan pemimpinnya itu benar-benar nyata. Dengan percayanya masyarakat
tersebut maka akan berdampak juga kepada lingkungan, lingkungan akan menjadi
lebih bersih dan terawat oleh masyarakat.
Tindakan
yang selanjutnya adalah saya akan mengajak masyarakat secara langsung untuk
mengolah sampah sedemikian rupa dengan cara membuat kelompok-kelompok di setiap
desa untuk mengolah sampah tersebut menjadi berguna seperti memisahkan sampah organik
dan an-organik kemudian mengolahnya. Dan saya sendiri yang akan mengontrol kelompok-kelompok
masyarakat agar tetap berjalan. Saya akan langsung mengajak masyarakat untuk
membuat barang-barang seperti tas, topi, dsb dari bahan organik. Kemudian
mengolah sampah an-organik menjadi pupuk. Dengan begitu semua masyarakat akan
lebih kreatif dan akan lebih peduli terhadap sampah dan hal itu juga bisa
membantu perekonomian masyarakat.
Jadi
jika saya menjadi Bupati Lombok Timur, Lombok Timur ini akan menjadi wilayah
yang paling bersih, terawat, terjaga, dan juga semua masyaraktnya bisa hidup
dengan nyaman bahkan perekonomian masyarakat Lombok Timur akan lebih membaik. Para siswa dan siswi juga bisa
belajar dengan lebih baik dan nyaman tanpa ada kerisauan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar