Jumat, 18 Maret 2016

CERPEN JIKA AKU MENJADI BUPATI LOMBOK TIMUR


OLEH : LIATISSANI EFTIKASARI
XI IPA 1 
  
SMA NEGERI 1 AIKMEL
TAHUN PELAJARAN 2015/2016


Jam sudah menunjukkan pukul 05.15 Pagi dan waktunya untuk bangun tidur, belum satu menit aku membuka mataku dari tidur yang lelap, suara alarm alami pun terdengar dan memanggil namaku. Suara alarm itu sangat khas, merdu dan tak asing lagi di telingaku. Aku sangat mengenal sekali bahwa suara alarm alami itu adalah suara ibuku yang selalu setia membangunkanku setiap hari untuk menyiapkan diri agar tidak terlambat berangkat sekolah.
Namaku adalah Lina, nama panjangku adalah Maulina, umurku 16 tahun. Aku berasal dari keluarga yang sederhana. Aku bersekolah di SMA yang sangat terkenal di Lombok Timur dan sekarang aku sudah menginjak kelas XI. Setiap hari aku menggunakan angkutan umum (bemo) sebagai alat transportasi untuk pergi sekolah.  Bisa di bilang bahwa sekolahku adalah sekolah model, sekolah yang terfavorit di Lombok Timur. Sekolah yang menjadi rumah keduaku, karena setiap hari aku selalu berada di sekolah dari pagi sampai sore. Sekolahku mewajibkan semua siswa dan siswi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar tamabahan atau les pada hari senin sampai rabu. Sedangkan untuk hari kamis sampai minggu di pergunakan untuk ekstrakulikuler dan mengerjakan tugas-tugas lainnya. Tak ada kata libur buat orang yang bersekolah di SMA Negeri 1 Aikmel, karena setiap hari selalu mendapatkan tugas, tugas, dan tugas. Jadi waktu untuk mencari hiburan seperti ngumpul bareng temen, refresing atau liburan bersama keluarga sangat minim sekali. Bahkan bisa dibilang tidak pernah.
Aku berangkat sekolah pukul 06.00 pagi karena disekolahku pada pukul 07.00 sudah masuk kelas dan mulai mengaji selama 30 menit. Setiap berangkat sekolah, tujuan pertama yang harus aku tuju adalah tempat dimana aku sering berdiri pagi-pagi sekali untuk menunggu angkutan umum. Angkutan umum adalah kendaraan yang setia, yang selalu mengantarkan aku ke sekolah. Setiap berada di angkutan umum, kadang-kadang aku mencium bau yang tak sedap, entah itu bau apa aku tidak mengerti tetapi yang pasti bau itu bercampur dengan bau keringat ibu-ibu yang duduk berdesakan didekatku dan di tambah lagi dengan bau sayur mayur dan barang-barang yang mereka bawa. Terkadang aku  memang merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti itu, tetapi mau bagaimana lagi, jika tidak begini aku tidak bisa berangkat sekolah.
Jam sudah menunjukkan pukul 17.20 waktunya untuk semua siswa dan siswi pulang kerumah masing-masing, dan aku pun mulai keluar dari halaman sekolah lalu menunggu kendaraan umum sebagai alat transportasi untuk kembali lagi ke rumah. Beberapa menit pun sudah lewat tetapi belum ada sama sekali tanda-tanda angkutan umum dari kejauhan. Aku mulai jenuh menunggu dan akhirnya aku memutuskan untuk mengajak salah seorang temanku untuk berjalan kaki sambilan menunggu angkutan umum datang dan sembari berolahraga karena sudah seharian penuh kita duduk di dalam kelas. Saat sedang dalam perjalanan aku mulai berbincang-bincang dengan temanku masalah sekolah tetapi saat kami sedang tengah asik ngobrol, aku dan temanku malah berhenti spontan karena kami melihat pemandangan yang tidak mengenakkan. Kami melihat sampah berserakan di jalan, dan sampah yang kami lihat itu lumayan banyak.
Pemerintah selalu menganjurkan kita untuk peduli dan menjaga lingkungan bahkan mengeluarkan peraturan “dilarang membuang sampah sembarangan” tetapi “nyatanya apa?” Masyarakat masih saja membuang sampahnya dengan sembarangan. Padahal pemerintah sudah nyata-nyata memberikan peraturan yang sangat baik bagi masyarakatnya tetapi sepertinya masyarakat masih tidak peduli akan hal itu dan mereka masih tidak peduli dampaknya jika terus menerus melakukan itu. Dan tentunya perbuatan masyarakat ini harus di larang oleh pemerintah dan pemerintah harus melakukan tindakan yang lebih intensif, tetapi sampai saat ini pun saya melihat belum ada tindakan dari pemerintah untuk meminimalisirkan keadaan ini.
Saat berada di rumah, saya sempat berfikir kenapa dan ada apa dengan masyarakat dan pemerintah? Kenapa tindakannya seperti ini? Seolah-olah kedua belah pihak tersebut tidak peduli satu sama lain. Beberapa pertanyaan tiba-tiba muncul di benak saya, “akankah saya seperti ini nantinya?” “Akankah saya menjadi masyarakat yang seperti ini?” Atau, akankah saya menjadi pemerintah yang seperti ini nantinya?” bahkan saya sempat berfikir “akankah saya seperti ini jika saya menjadi pemerintah yang hanya mengeluarkan peraturan tanpa ada tindakan yang tegas?”. Dan semakin saya memikrkannya saya semakin bingung.
Saya  berusaha untuk menghilangkan pertanyaa-pertanyaan tersebut dari benak saya, jam pun sudah menunjukkan pukul 20.15 dan waktunya untuk saya belajar sambil mengerjakan tugas-tugas sekolah. Belum lama saya membuka buku, lampu pun mulai mati lagi dan selalu saja seperti ini. Bahkan dalam satu minggu lampu bisa mati 4 kali dan itupun di waktu malam, Dimana pada saat itu para siswa dan siswi lagi sibuk-sibuknya untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Tidak mungkin juga para siswa dan siswi untuk mengerjakan tugas di waktu siang dan sore karena di waktu itu semua siswa dan siswi lagi bersekolah. Mungkin sebagian besar orang juga menggunakan waktu malam unuk beraktivitas.
Padahal masyarakat sudah di anjurkan untuk memakai KWH dengan sistem pulsa dan masyarakat pun menerima dan membeli KWH tersebut karena mereka yakin bahwa jika mempunyai KWH dengan sistem seperti itu, lampu tidak akan mati lagi. Tetapi ternyata pemerintah lagi dan lagi membuat masyarakat kecewa dan membuat para siswa dan siswi dan orang-orang yang sedang membutuhkan lampu di malam hari terpaksa menggunakan lilin untuk beraktivitas.
Satu minggu yang lalu, ketika saya sedang berkunjung ke rumah bibik saya dan pada waktu itu saya melihat tetangga bibik saya yang sedang dalam kesusahan. Suami tetangga bibik saya itu sedang sakit, dan ada seseorang yang menganjurkannya untuk pergi ke rumah sakit, tetapi dia tidak mau. Saya berfikir pada waktu itu, “kenapa dia tidak mau?” Padahal itu demi keselamatan suami dia. Saya pun mulai mencari tau dan ternyata tetangga bibik saya itu tidak mempunyai uang untuk pergi berobat ke rumah sakit, dan juga dilihat dari keadaan sekitarnya, itu memang benar. Tetapi sepengetahuan saya, masyarakat yang tidak mampu seharusnya mendapatkan kartu JPS atau JAMKESMAS. Karena setiap orang yang mempunyai kartu tersebut jika pergi ke rumah sakit maka mereka tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Tapi anehnya kenapa mereka tidak mendapatkan kartu tersebut dan bahkan jika saya lihat, malahan orang kaya yang mendapatkan kartu tersebut. Dan dari sinilah saya mulai bertanya-tanya lagi. Ada apa dengan pemerintah? Seharusnya pemerintah mengambil tindakan yang lebih tegas, karena jika hal seperti itu dibiarkan begitu saja, bisa-bisa nyawa masyarakat bisa terancam.
Hari ini adalah hari minggu, dan hari ini tidak ada libur walaupun hari minggu karena  aku akan pergi ke sekolah untuk mengerjakan tugas. Sesampainya di sekolah tiba-tiba salah seorang teman bertanya kepadaku, dia berkata “kamu nantinya mau jadi apa? Atau cita-cita kamu apa?” aku terdiam sejenak mendengar pertanyaan temanku dan aku mengalihkan pembicaraan agar dia tidak bertanya lagi karena aku tidak tau harus menjawab apa. Aku mencoba untuk melupakan pertanyaan itu, tetapi semakin aku mencoba melupakannya, aku semakin memikirkannya. Dan akhirnya pada suatu malam aku memikirkan pertanyaan temanku itu lagi dan aku terus saja mengaitkannya dengan kejadian-kejadian yang sudah aku temui beberapa waktu yang lalu, aku sempat berfikir jika aku menjadi dokter  aku pasti akan membantu orang yang kesusahan tersebut agar suminya bisa sembuh, tetapi menjadi dokter saja pun tidak akan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang lainnya seperti sampah, dan kenyamanan masyarakat akan hal lampu yang sering mati. Sampai pada suatu titik dimana semua pikiranku sangat jenuh, aku memikirkan satu hal, mungkin pikiranku ini bisa menyelesaikan semuanya. Satu-satunya pikiranku saat ini adalah “Jika Aku Menjadi Bupati Lombok Timur”.
Suatu hari nanti jika aku menjadi Bupati Lombok Timur, hal pertama yang akan aku lakukan adalah mensejahterakan hidup masyarakat. Adil kepada masyarakatku, dengan cara aku akan terjun langsung ke lapangan untuk memberikan kartu JPS dan JAMKESMAS untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Karena pada kenyataannya di desaku aku melihat orang kaya yang mendapatkan kartu tersebut dan orang yang membutuhkannya malah semakin kesusahan. Aku tidak mau melihat masyarakatku hidup kesusahan, dan aku juga akan memberikan dana untuk orang yang benar-benar membutuhkan agar mereka bisa menggunakannya untuk memperbaiki perekonomian dan agar angka kemiskinan di Lombok Timur semakin berkurang.
Selanjutnya yang akan saya lakukan adalah menepati janji-janji saya kepada masyarakat. Saya akan membuat masyarakat Lombok Timur hidup dengan nyaman, salah satunya adalah dengan cara menyalakan lampu masyarakat Lombok Timur, karena pada saat itu banyak orang juga yang sedang beraktivitas dan juga agar para siswa dan siswi lebih mudah untuk belajar tanpa merisaukan apakah lampu akan mati atau tidak. Jika para siswa dan siswi sudah nyaman maka mereka akan terus bersemangat untuk terus belajar dan belajar, Karena masa depan bangsa ada di tangan muda mudi seperti mereka yang masih mempunyai jiwa semangat dan mereka masih mempunyai ide-ide yang cemerlang. Jadi saya akan berusaha sebisa mungkin untuk terus menyalakan lampu bagi wilayah Lombok Timur. Yang saya akan saya lakukan adalah saya akan langsung terjun ke pusat listrik atau PLN dan saya akan terus memantau agar lampu terus di nyalakan.
Tindakan saya selanjutnya adalah saya akan memberikan bukti bahwa peraturan “dilarang membuang sampah sembarangan” itu benar-benar bisa diterapkan oleh semua masyarakat khusunya yang ada di Lombok Timur. Upaya yang akan saya lakukan agar masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan dan untuk meminimalisirkan sampah yang ada di Lombok Timur adalah dengan cara saya akan terlebih dahulu  membuatkan tempat pembuangan sampah di setiap tempat, dengan begitu masyarakat bisa membuang sampah-sampahnya kesana, dan saya pasti akan melakukan itu karena walaupun ada peraturan tentang “dilarang membuang sampah sembarangan” dan tanpa tindakan lebih lanjut dari pemerintah, itu tidak akan berjalan lancar. Karena jika kita hanya memberikan peraturan tanpa tindakan, maka itu tidak akan pernah bisa berhasil. Sekalipun kita berkali-kali mengingatkan kepada masyarakat tentang “dilarang membuang sampah sembarangan”, mereka tidak akan pernah melakukan dan mendengarnya karena yang hanya masyarakat butuhkan adalah bukti nyata tindakan pemimpinnya. Bahkan bila perlu saya akan mengerahkan mobil-mobil sampah ke tempat-tempat pemukiman warga dan sekaligus mobil sampah tersebut akan mengangkut sampah-sampah yang ada di tempat sampah. Dengan begitu sampah yang ada di Lombok Timur bisa berkurang dan masyarakat pun percaya bahwa tindakan pemimpinnya itu benar-benar nyata. Dengan percayanya masyarakat tersebut maka akan berdampak juga kepada lingkungan, lingkungan akan menjadi lebih bersih dan terawat oleh masyarakat.
Tindakan yang selanjutnya adalah saya akan mengajak masyarakat secara langsung untuk mengolah sampah sedemikian rupa dengan cara membuat kelompok-kelompok di setiap desa untuk mengolah sampah tersebut menjadi berguna seperti memisahkan sampah organik dan an-organik kemudian mengolahnya. Dan saya sendiri yang akan mengontrol kelompok-kelompok masyarakat agar tetap berjalan. Saya akan langsung mengajak masyarakat untuk membuat barang-barang seperti tas, topi, dsb dari bahan organik. Kemudian mengolah sampah an-organik menjadi pupuk. Dengan begitu semua masyarakat akan lebih kreatif dan akan lebih peduli terhadap sampah dan hal itu juga bisa membantu perekonomian masyarakat.
Jadi jika saya menjadi Bupati Lombok Timur, Lombok Timur ini akan menjadi wilayah yang paling bersih, terawat, terjaga, dan juga semua masyaraktnya bisa hidup dengan nyaman bahkan perekonomian masyarakat Lombok Timur akan  lebih membaik. Para siswa dan siswi juga bisa belajar dengan lebih baik dan nyaman tanpa ada kerisauan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar